Kamis, 20 Oktober 2011

Index pembangunan manusia di Indonesia

Masih Rendah, Indek Pembangunan Manusia di Indonesia

Meski sudah merdeka selama 65 tahun, Indonesia masih tergolong negara lemah, bodoh dan miskin. Menurut laporan pembangunan manusia UNDP tahun 2010, Indonesia berada di rangking 108 dari 182 negara dalam bidang Iindeks Pembangungan Mmanusia (IPM) alias Human Development Index ( HDI)

“Karenanya, kesehatan, kualitas dan optimalisasi fungsi otak sangat penting untuk meningkatkan SDM Indonesia,” kata Ketua Kelompok Kerja Neurosains BPH RS Islam Jakarta, Dr Samino SpS(K) pada peluncuran Pokja Neurosains di Jakarta, Minggu (13/3). Turut hadir Wamendiknas Fasli Jalal dan Ketua PP Muhammadiyah Malik Fadjar.

Menurut Dr Samino, karena HDI merupakan indikator antara lain kesehatan, pendidikan dan ekonomi, maka ini berarti masyarakat Indonesia masih tergolong lemah, bodoh dan miskin. Dalam HDI tersebut tingkat kemiskinan dinyatakan dalam indeks kemiskinan multidimensi.

Indonesia tercatat dengan indeks 0,0095, terburuk di antara negara-negara pendiri ASEAN sesudah Thailand (0,0006) dan Filipina (0,067). Perkembangan yang pesat dalam bidang politik dan hukum tampaknya tidak diimbangi dengan perkembangan pesat dalam pembangunan SDM. Wamendiknas Fasli Jalal menambahkan, otak yang sehat tidak saja berkontribusi dalam kesehatan itu sendiri, tetapi juga ke bidang pendidikan dan ekonomi. Memang butuh waktu cukup untuk membuat otak sehat itu optimal.

Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.

Amartya Sen menggambarkan indeks ini sebagai "pengukuran vulgar" oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

Setiap tahun Daftar negara menurut IPM diumumkan berdasarkan penilaian diatas. Pengukuran alternatif lain adalah Indeks Kemiskinan Manusia yang lebih berfokus kepada kemiskinan.

Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya Pembangunan bersifat multi dimensional dan memiliki berbagai kompleksitas masalah. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Sebagai bagian dari cabang ilmu pengetahuan, konsep dan pemikiran mengenai Pembangunan telah mengalami perkembangan yang pesat.

Pada awal pemikiran tentang pembangunan seringkali dijumpai pemahaman yang meng-asosiasikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Secara historis, ahli-ahli ekonomi Barat telah memperkenalkan konsep pembangunan kepada negara-negara yang baru merdeka paska Perang Dunia II, yang bertujuan untuk melakukan modernisasi dengan berfokus pada 4 isu sentral, yaitu:

(i) pertumbuhan,

(ii) akumulasi kapital,

(iii) transformasi struktural, dan

(iv) peran dominan pemerintah.

Model pemikiran ini telah mengantarkan sejumlah negara sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi dan industrialisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju dan sejahtera.

Namun paradigma pembangunan tersebut banyak menuai kritik karena hasil dari pembangunan telah menciptakan pula ketimpangan dan kesenjangan, kerusakan ekologi, serta membelenggu kebebasan asasi manusia. Paradigma pembangunan yang bersifat materialistik ini mengukur pencapaian hasil pembangunan hanya dari aspek fisik yang dikuantifikasi dalam perhitungan matematik dan angka statistik, sehingga cenderung mengabaikan dimensi manusia sebagai subyek utama pembangunan dan menegasikan harkat dan martabat kemanusiaan.

Sebagai sintesa telah mengemuka pemikiran baru tentang pembangunan, yang memusatkan pada 4 isu fundamental, yaitu :

(i) distribusi pendapatan,

(ii) ketidakadilan,

(iii) kemiskinan, dan

(iv) kebebasan dan demokrasi.

Menurut paradigma ini makna hakiki dari pembangunan bukanlah semata-mata peningkatan pendapatan per kapita, melainkan pemerataan distribusi pendapatan, penurunan pengangguran, pembebasan kemiskinan dan penghapusan ketidakadilan. Selanjutnya paradigma ini menawarkan pula suatu rumusan baru sebagaimana yang dikemukakan oleh Amartya Sen bahwa pembangunan sebagai kebebasan (development as freedom), dimana pembangunan harus mampu mengantarkan suatu bangsa mencapai kehidupan politik yang bebas dan demokratis, dengan menghilangkan kemiskinan dan berbagai penderitaan seperti kekurangan pangan, malnutrisi, pengidapan penyakit, buta huruf, ketiadaan kebebasan sipil dan hak berdemokrasi, diskriminasi, serta berbagai bentuk perampasan hak-hak milik pribadi.

Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga PBB yang dibentuk untuk menangani masalah pembangunan (United Nations Development Programme/UNDP) telah membuat definisi khusus mengenai pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s choices). Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi penduduknya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Premis penting yang dikembangkan dalam pembangunan manusia adalah mengutamakan manusia sebagai pusat perhatian (bukan sebagai alat atau instrument) dan memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia secara keseluruhan (tidak hanya terbatas pada peningkatan pendapatan atas aspek ekonomi semata).

Sebagai indikator pembangunan manusia, UNDP telah mengembangkan Human Development Index (HDI) dan sejak tahun 1990 telah melaksanakan penelitian dan menerbitkan buku Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report/HDR) yang berisi mengenai perkembangan indeks HDI di seluruh dunia dan pembahasan komprehensif mengenai suatu aspek pembangunan manusia yang menjadi permasalahan dan keperdulian global. Untuk tahun 2009, UNDP secara resmi telah menerbitkan Laporan HDR pada tanggal 5 Oktober 2009 dengan tema “Mengatasi Hambatan: Mobilitas Manusia dan Pembangunan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar