Selasa, 20 Desember 2011

Sragen juga miliki Gentrade sebagai gerbang hubungan bisnis dan dagang

Perdagangan merupakan salah satu tonggak penggerak perekonomian suatu negara. Dengan melakukan perdagangan maka aliran devisa ke suatu negara akan bertambah. Kegiatan ekonomi masyarakatpun akan bergerak dinamis. Dalam perdagangan diperlukan pasar yang seluas-luasnya, tidak hanya perdagangan regional tetapi juga perdagangan internasional.

Perdagangan juga menjadi salah satu indikator ukuran majunya suatu negara. Suatu negara akan lambat perkembangannya apabila menutup diri dari pergaulan dengan negara lain.

Dari kenyataan diatas, negara ini tidak mempunyai alternatif selain membuka diri selebar-lebarnya terhadap perdagangan internasional. Karena diyakini, hal ini akan berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan berdagang seluas-luasnya dengan dunia internasional.

Menyikapi kenyataan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Sragen berinisiatif mendirikan PT Sragen Trading & Investment atau lebih dikenal dengan PT GENTRADE. Pendirian perusahaan ini ditujukan untuk melakukan kegiatan kegiatan bisnis baik pihak pemerintah maupun swasta antar daerah di Indonesia maupun hubungan dagang dengan pihak pemerintah maupun swasta di luar negeri.

Dengan kata lain, Pemerintah Kabupaten Sragen melalui perusahaan terbatas ini berusaha melakukan inovasi bisnis dengan memasarkan produk serta potensi yang dimiliki suatu daerah. Diharapkan potensi unggulan maupun potensi terpendam yang dimiliki suatu daerah tersebut mampu lebih dikenal dan tentunya bisa bermanfaat serta diharapkan pula akan meningkatkan pendapatan daerah.

Sumber : GENTRADE Kab. Sragen


Penghargaan Gatra Award untuk kota Sragen

Majulah kota-ku yang ASRI ..

Prestasi membanggakan diraih Bupati Sragen Agus Fatchurrachman SH. yang telah terpilih sebagai salah satu kepala daerah di Indonesia yang memiliki kinerja terbaik tahun 2011 versi majalah Gatra. Terpilihnya Kabupaten Sragen sebagai kabupaten berkinerja terbaik tersebut berdasarkan hasil evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah tahun 2010 terhadap Laporan Penyelenggaran Pemerintah daerah tahun 2009 yang berprestasi paling tinggi sesuai penetapan peringkat kinerja penyelenggaran pemerintah daerah secara nasional.

Penghargaan tersebut telah diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fawzi dalam malam puncak perayaan hari ulang tahun (HUT) Majalah Gatra di Puri Agung Convention Hall, Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis 1 Desember 2011.

Terpilihnya Kabupaten Sragen sebagai salah satu penerima gatra award tersebut karena Pemerintah Kabupaten Sragen dinilai memiliki inovasi dan terobosan di sejumlah bidang pembangunan. Diantaranya yang paling menonjol adalah dibidang pelayanan publik, pengembangan IT, bidang kesehatan dll.

Penghargaan itu di luar sejumlah apresiasi pemerintah pusat yang diraih Pemkab Sragen selama tahun 2011, semisal penghargaan kabupaten sehat, pemerintahan yang berkinerja terbaik versi Kemendagri, dan sejumlah penghargaan lain. Pelayanan publik di Sragen dengan konsep One Stop Servive telah ditetapkan sebagai percontonan nasional oleh Kementrian PAN, sehingga Kabupaten Sragen menjadi tujuan study banding dari berbagai lembaga Negara / pemerintah daerah / perguruana tinggi dan lembaga swasta dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri yang akan membangun pelayanan public di lingkungannya masing-masing.

Sumber : pemkab - sragen





Kekhawatiran zaman reformasi dan demokrasi

Semenjak kemunculannya pertama kali kira-kira 5 abad sebelum tarikh Masehi dalam masa Yunani Antik di Kota Athena, demokrasi sudah menimbulkan banyak keraguan. Bukan saja para aristokrat yang merasa terancam kedudukannva oleh adanya sistem yang memungkinkan pemerintahan oleh rakyat, tetapi juga para filosof populis seperti Sokrates bahkan cenderung menolaknva. Menurut filosof ini, demokrasi harus dicegah karena sistem ini memberi kemungkinan bahwa suatu negara akan diperintah oleh orang-orang dungu, yang kebetulan mendapat banyak suara yang mendukungnya. Sokrates tentulah memahami dengan baik bahwa rakyat tidak selalu memberi dukungan kepada orang-orang yang dianggap paling mampu, tetapi lebih kepada orang-orang yang mereka sukai. Celakanya, orang-orang yang disukai dan dipilih oleh rakyat, bukanlah selalu orang-orang yang kompeten untuk membela nasib mereka.

Lebih dari 2000 tahun setelah itu, kecemasan Sokrates terbukti tidak seluruhnya meleset, bahkan juga di Indonesia. Kita di Indonesia saat ini mengalami secara sangat serius dilema di antara konstituensi dan kompetensi dalam demokrasi. Yaitu apakah mereka yang mengatur kehidupan negara dan masyarakat adalah orang-orang yang didukung oleh konstituensi yang luas, ataukah mereka yang memiliki kemampuan bekerja yang bail:, dengan dukungan integritas yang dapat diandalkan. Berbagai percobaan telah dilakukan dalam politik Indonesia semenjak kemerdekaannya untuk mendapatkan suatu kombinasi ideal atau modus rivendi dari tiga komponen kualifikasi yang diharap dapat mendorong dan mengembangkan kehidupan demokrasi yang sehat. Ketiga komponen kualifikasi tersebut adalah:
1. kemampuan dan keahlian dalam bekerja, yang kita namakan saja kompetensi,
2. jumlah orang-orang memilih seseorang untuk mewakili mereka, yang kita namakan konstituensi, dan
3. kesadaran seorang politikus tentang nilai - nilai dan norma-norma yang tidak boleh dilanggar karena kalau dilanggar maka dia akan berkhianat terhadap prinsip-prinsip perjuangan politiknya sendiri.

Kompetensi tanpa konstituensi telah melahirkan teknokrasi, yakni seseorang menduduki jabatan politik semata-mata karena keahliannya, tanpa perlu mendapat dukungan dan orang-orang yang bersedia memilihnya. Hal ini kita alami pada masa-masa awal Orde Baru, yang menjadikan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas nomor satu, dan karena itu memberikan prioritas politik kepada ahli-ahli ekonomi dalam jabatan-jabatan politik. Mafia Berkelg adalah sebutan pada masa Orde Baru untuk rezim teknokratis dan kabinet adalah penamaan untuk teknokrasi dalam masa pemerintahan Soekarno. Teknokrasi ini masih bisa diterima kalau para ahli yang menjadi politisi tersebut memperlihatkan integritas yang meyakinkan.

Rabu, 14 Desember 2011

Jalan - jalan ke Kota Sragen


Dari Jakarta
- Dengan Pesawat tujuan Bandara Adi Sumarmo Solo --> Taksi langsung ke Sragen + Rp 150.000 / Kendaraan Umum ke Terminal Tirnonadi dilanjutkan Bus Jurusan Sragen + Rp 4.000
- Dengan Kereta Api tujuan stasiun Balapan Solo --> Taksi langsung ke Sragen + Rp 100.000 / Naik Taksi ke terminal Tirtonadi + 1 Km dilanjutkan Bus Jurusan Sragen + Rp 4.000
- Dengan Bus tujuan Kota Madiun (harga kelas eksekutif + Rp 150.000) --> turun di kota Sragen

Dari Surabaya
- Dengan Pesawat tujuan Bandara Adi Sumarmo Solo --> Taksi langsung ke Sragen + Rp 150.000 / Kendaraan Umum ke Terminal Tirnonadi dilanjutkan Bus Jurusan Sragen + Rp 4.000
- Dengan Bus Tujuan Solo langsung turun di Sragen (harga kelas eksekutif + Rp 80.000)

Dari Yogyakarta
- Dengan Bus Tujuan Madiun atau Surabaya langsung turun di Sragen (harga kelas eksekutif + Rp 40.000)
- Dengan Kendaraan Pribadi, Rute Yogyakarta-->Klaten-->Kartasura-->Solo-->Sragen (+ 110 km)

Dari Semarang
- Dengan Bus Tujuan Solo langsung turun di Sragen (harga kelas eksekutif + Rp 35.000)
- Dengan Kendaraan Pribadi, Rute Semarang-->Salatiga-->Boyolali-->Solo-->Sragen (+ 120 km)

Visi dan Misi Kota Sragen


1. Mewujudkan Sragen ASRI bebas korupsi sebagai perwujudan reformasi birokrasi yang sungguh-sungguh atas kebekuan birokrasi menuju aparatur yang bersih berorientasi kepada pelayanan publik serta penggunaan anggaran yang pro rakyat.

2. Mewujudkan Kualitas SDM yang Profesional, Berbudaya dan Berakhlak Mulia.

3. Memberikan kesempatan dan peluang kepada seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta menikmati hasil-hasil pembangunan.

4. Memecah stagnasi pembangunan dengan mengakselerasi secara cerdas pencapaian kesejahteraan masyarakat dibidang daya beli, kualitas pendidikan dan kesehatan.

5.Mewujudkan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan yang berbasis pada pembangunan pertanian berkelanjutan.