Selasa, 13 Desember 2011

Otak diciptakan untuk bekerjasama

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, pekerjaan yang dilakukan bersama-sama akan terasa lebih menyenangkan. Secara ilmiah, pepatah ini nampaknya ada benarnya. Sebab para peneliti telah menemukan bukti bahwa otak manusia memang diciptakan untuk bekerja sama.

Para peneliti harus jauh-jauh menelusuri hutan di Ekuador untuk mengamati pola lagu burung gelatik ekor polos untuk dapat membuat kesimpulan ini. Gelatik jenis ekor panjang memiliki ritual bernyanyi bersama secara terpadu dalam pola ABCD. Gelatik laki-laki menyanyikan bagian A dan bagian C, dan Gelatik perempuan bernyanyi bagian B dan bagian D.

Peneliti mengamati aktivitas wilayah otak yang beperan dalam perilaku menyanyi pada Gelatik. Mereka menemukan bahwa neuron bereaksi lebih kuat terhadap lagu duet, lebih kuat dari ketika menyanyikan bagiannya sendiri saja.

"Bahkan, respons otak terhadap lagu duet lebih kuat daripada yang respon terhadap suara lain. Tampaknya otak burung-burung Gelatik ini terkoneksi untuk bekerja sama," kata peneliti Eric Fortune, neuroscientist di Johns Hopkins.

Meskipun penelitian ini hanya pada burung, Fortune mengatakan bahwa otak hewan vertebrata (termasuk burung, manusia, ikan kucing, dan beruang) memiliki banyak kemiripan. Penemuan ini mendukung pernytaan bahwa bahkan manusia dibuat untuk bekerja sama.

"Kami menemukan bahwa otak tiap peserta individu lebih suka melakukan aktivitas bersama-sama di atas aktivitasnya sendiri," kata Fortune seperti dikutip dari HuffingtonPost, Selasa (8/11/2011).

Demikian pula penelitian terbaru di jurnal Current Biology menunjukkan bahwa anak-anak manusia lebih menikmati bekerja secara berkelompok dibandingkan dengan simpanse. Anak berusia 3 tahun dalam penelitian ini memilih untuk bekerja sama sebanyak 78 persen dari waktunya untuk menyelesaikan tugas, sedangkan simpanse hanya bekerja sama sebanyak 58 persen dari waktu yang diperlukan.

"Pilihan untuk melakukan hal secara bersama-sama bukan saja membedakan manusia dari salah satu sepupu primata terdeka ," kata peneliti studi, Daniel Haun, dari Max Planck untuk Antropologi Evolusi dan Institut Max Planck untuk Psikolinguistik, PhysOrg.com.[Detikhealth]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar